Ramai Isu Rektor Ditekan Polisi demi Citra Positif Jokowi

Polisi diduga menekan rektor di sejumlah perguruan tinggi untuk membuat narasi positif terhadap Pemerintahan Jokowi menjelang Pemilu 2024.

 

Jakarta, CNN Indonesia — Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD membeberkan operasi senyap oleh aparat dengan mendekati sejumlah rektor perguruan tinggi. Mereka yang belum menyatakan sikap kritis terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta membuat narasi positif jelang Pemilu 2024.
“Muncul sejumlah operasi mendekati rektor-rektor yang belum mengemukakan pendapatnya, belum berkumpul untuk deklarasi, mereka ini diminta untuk menyatakan sikap yang berbeda. Sikap yang berbeda didatangi mereka untuk menyatakan bahwa Presiden Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid terbaik,” kata Mahfud dalam acara Tabrak Prof! di sebuah kafe daerah Seturan, Sleman, DIY, Senin (5/2).

“Ada beberapa rektor perguruan tinggi yang kemudian membuat pernyataan seperti yang diminta oleh orang yang melakukan operasi itu,” tambahnya.

Mahfud mengatakan tak semua rektor yang didatangi oknum tersebut mengikuti permintaan tersebut. Salah satunya adalah Ferdinandus Hindiarto, rektor Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah.

“Dia (Hinidiarto) menyatakan didatangi oleh seseorang untuk membuat pernyataan mendukung bahwa pemerintahan Pak Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid nomor satu dan sebagainya,” ujarnya.

Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD di acara Tabrak Prof! Semarang. (Foto: Dok. Tangkapan layar YouTube Mahfud MD Offical)
Terpisah, Rektor Unika Soegijapranata, Ferdinandus Hindiarto membenarkan dirinya dihubungi seseorang yang mengaku dari Polrestabes Semarang. Ia diminta membuat video testimoni dan ajakan pemilu damai, hingga narasi positif untuk pemerintahan Jokowi.

Hindiarto mengungkapkan terduga anggota Polri itu juga mengirimkan contoh video dari beberapa pimpinan perguruan tinggi yang sudah menyampaikan testimoni serupa. Namun, Hindiarto menolak permintaan itu.

“Terkait dengan orang yang meminta saya membuat pernyataan tersebut, saya menghormati yang bersangkutan karena menjalankan tugas yang diberikan atasan, namun kami tidak dapat memenuhinya,” ujar Hindiarto saat dikonfirmasi, Selasa (6/2).

Dalam komunikasi itu, kata dia, tidak ada penyebutan bahwa permintaan video yang disampaikan anggota Polrestabes Semarang untuk menandingi petisi dari sejumlah kampus belakangan mengkritik Jokowi.

Hindiarto lalu menyampaikan kepada anggota Polri terkait bahwa civitas academica Unika Soegijapranata bukan partisan dan netral.

Di sisi lain, Kaporestabes Semarang Kombes Irwan Anwar mengamini ada anggotanya mendekati Rektor Unika Soegijapranata.

Namun, kata Irwan, hal itu merupakan bagian dari program cooling system atau upaya menurunkan tensi politik menjelang pencoblosan Pemilu 2024. Tujuannya, agar Pemilu 2024 berjalan aman dan damai.

“Jadi kami memang ada program ‘cooling system’ untuk Pemilu, menurunkan tensi politik di masyarakat supaya tidak ada konflik pertikaian permusuhan. Jajaran di lapangan tentunya bergerak meminta imbauan kepada tokoh-tokoh agama dan masyarakat termasuk civitas academica pimpinan kampus. Imbauan ini kami kemas dalam bentuk video karena akan kami share ke media sosial,” tutur Irwan saat konferensi pers di Semarang, Selasa.

Irwan turut menyatakan gerakan cooling system itu pun dilakukan tanpa paksaan, yakni ketika ada yang keberatan maka polisi tak melanjutkan pendekatannya ke pihak terkait itu.

Irwan pun menegaskan aksi permintaan video imbauan pemilu damai ini tidak untuk menandingi aksi petisi dari berbagai kampus.

“Ini program kita sudah berjalan sejak masa-masa pemilu, jadi tidak ada kaitan dengan petisi yang dikeluarkan kampus, tidak ada itu narasi counter petisi kampus,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*