Utang Super Jumbo, Biaya Perang Amerika Tembus Rp 178.000 T

Amerika-Korsel Gelar Latihan Militer Gabungan (REUTERS/KIM HONG-JI)

Utang Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sorotan setelah mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu.

Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun, menjadi yang terbesar di dunia.

Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21.

Jika melihat ke belakang, Amerika Serikat tidak pernah lagi mencatat surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sejak 1957. Amerika Serikat saat itu dipimpin Presiden Dwight Eisenhower, dan mencatat surplus sebesar US$ 2,2 miliar.

Sejak saat itu, Amerika Serikat terus mengalami defisit APBN. Artinya, untuk membiayai belanja perlu menambah utang melalui penerbitan Treasury misalnya. Pembayaran bunga utang yang ada sebelumnya juga dilakukan dengan menerbitkan surat uang lagi, begitu seterusnya, gali lubang tutup lubang hingga akhirnya menumpuk.

Salah satu faktor yang membuat membengkaknya utang Amerika Serikat adalah perang. Menjadi Negara Adi Kuasa, Amerika Serikat banyak terlibat perang, biaya yang dikeluarkan juga tidak main-main.

Melansir Naval History and Heritage Command sejak Perang Dunia I, total biaya yang dikeluarkan lebih dari US$ 12 triliun atau lebih dari Rp 178.000 triliun. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan harga konstan 2008.

Artinya, lebih dari sepertiga utang Amerika Serikat saat ini disumbang oleh biaya perang. Biaya paling besar keluar pada Perang Dunia II, yang nilainya mencapai US$ 4,1 triliun.

Amerika Serikat kala itu dipimpin Presiden Franklin D. Roosevelt (1933 – 1945), selama periode itu utang Amerika Serikat membengkak 1.048%. Tidak hanya Perang Dunia II, Roosevelt juga sebelumnya menghadapi Great Depression.

Penanganan krisisi ekonomi juga menjadi faktor utama yang membuat utang AS menggunung.

Saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda, yang membawa perekonomian AS mengalami resesi parah, stimulus fiskal yang digelontorkan mencapai US$ 5 triliun.

Selain itu, untuk penanganan Krisis Finansial Global 2008 misalnya, Presiden Barack Obama kala itu menggelontorkan stimulus American Recovery and Reinvestment Act (ARRA) yang dikeluarkan pada Februari 2009.

Melansir The Balance, defisit fiskal pada era Presiden Obama mencapai US$ 8,3 triliun.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*