Di hari buruh Internasional (May Day) banyak pandangan ihwal nasib pekerjaan tanaga manusia ke depan yang kian terancam dengan robot. Di Jerman, posisi buruh kian terhimpit karena industrinya memiliki rencana untuk merekrut lebih banyak robot dalam membantu pekerjaan.
Di sisi lain, rencana digitalisasi ini dapat menjadi kunci dalam menyelesaikan krisis kekurangan tenaga kerja Jerman, karena negara tersebut merasakan dampak dari populasi paling menua di Eropa.
“Ada efek otomatisasi ini yang berarti, tentu saja, tenaga kerja dapat dihemat… Tapi, di sisi lain, ini memberi kesempatan kepada konsumen dan juga perusahaan untuk menggunakan sumber daya mereka dengan cara yang berbeda,” kata Ulrich Walwei, wakil direktur Institut Penelitian Ketenagakerjaan Jerman dilansir dari CNBC.
Pengambilalihan oleh robot telah lama menjadi rencana lama, tetapi digitalisasi bisa menjadi kunci dalam menyelesaikan krisis kekurangan tenaga kerja Jerman, karena populasinya menua.
Di sisi lain, Lebih dari separuh perusahaan Jerman melaporkan bahwa mereka berjuang untuk menemukan pekerja terampil untuk mengisi lowongan, menurut laporan Kamar Dagang Jerman dari bulan Januari.
Kanselir Olaf Scholz menyoroti digitalisasi sebagai prioritas ketika dia menggantikan Angela Merkel pada November 2021, dengan kontrak koalisi tiga pihak berjudul “Daring More Progress” yang berjanji untuk mengimplementasikan teknologi digital di seluruh dunia bisnis.
Adapun Jerman merupakan negara dengan populasi lansia terbesar di Eropa, tidak mengherankan jika Jerman duduk bersama Jepang dan Korea Selatan sebagai salah satu negara yang memanfaatkan teknologi di tempat kerja.
Tapi seperti apa sebenarnya meningkatkan tenaga kerja melalui robot dan digitalisasi?
Digitalisasi berlaku berbeda di setiap organisasi, misalnya ada yang menggunakan sebagai robot pembawa piring, lalu mesin kasir mandiri di toko bahan makanan, hingga menggunakan platform online untuk mengobrol dengan rekan kerja. Dalam kebanyakan kasus, teknologi ditambahkan untuk membuat alur kerja lebih efisien dan hemat biaya.
“Kita harus meningkatkan produktivitas dengan teknologi,” kata Steffen Kampeter, kepala eksekutif Konfederasi Asosiasi Pengusaha Jerman kepada CNBC.
Sekitar 37% orang Jerman berpendapat bahwa perubahan teknologi akan meningkatkan produktivitas kerja mereka pada tahun 2018, menurut penelitian Gallup. Hanya 1% yang mengatakan akan menurunkan produktivitas, sedangkan 62% berpendapat bahwa teknologi tidak akan berdampak
Penelitian oleh perusahaan analitik juga menyarankan orang Jerman tidak takut robot akan mencuri pekerjaan mereka.
Hanya 10% dari mereka yang disurvei percaya menerapkan lebih banyak teknologi akan meningkatkan risiko mereka kehilangan pekerjaan, sementara 6% mengatakan itu akan mengurangi kemungkinan hal itu terjadi. Peserta lainnya yang tersisa mengatakan bahwa menerapkan lebih banyak teknologi tidak akan membuat perbedaan.
Tidak akan ada kehilangan pekerjaan besar akibat digitalisasi, menurut Ulrich Walwei, wakil direktur Institut Penelitian Ketenagakerjaan Jerman.
“Ada efek otomatisasi ini yang berarti, tentu saja, tenaga kerja dapat dihemat… Tapi, di sisi lain, ini memberi kesempatan kepada konsumen dan juga perusahaan untuk menggunakan sumber daya mereka dengan cara yang berbeda,” katanya.
“Apa yang kami lihat adalah saling melengkapi yang kuat antara teknologi digital dan aktivitas ekonomi,” tambah Walwei.
Jerman memiliki stok robot terbesar di Uni Eropa dalam membantu pekerjaan. Hampir setengah dari total pasokan di Uni Eropa – menurut laporan Komisi Eropa tahun 2020. Sebagian besar dipasang di sektor otomotif, tetapi industri makanan dan minuman, mesin industri, dan elektronik juga telah mempekerjakan banyak karyawan mekanik.
Ada lebih dari 20 robot per 1.000 pekerja manufaktur di Jerman pada tahun 2015, menurut perkiraan International Federation of Robotics dan European Jobs Monitor, dan jumlah itu kemungkinan akan bertambah dalam delapan tahun terakhir.
Semakin banyak orang lanjut usia yang masih bekerja di Jerman, dengan tingkat pekerjaan berusia 55 hingga 64 tahun naik dari 62% pada 2012 menjadi 71% pada 2021, menurut Kantor Statistik Federal Jerman.
Angka ini akan terus meningkat, karena Jerman akan menaikkan usia pensiun negaranya dari 65 menjadi 67 tahun di tahun-tahun mendatang.
Tantangan untuk digitalisasi di Jerman karena menderita kesenjangan keterampilan digital, sementara beberapa perusahaan “jauh tertinggal”, dalam hal penggunaan teknologi digital, kata Ulrich Walwei kepada CNBC.
″[Kompetensi digital] adalah sesuatu yang tentunya perlu dilatih sejak dini. Itu berarti juga di sekolah-sekolah kemudian juga di magang dan di universitas,” tambahnya.
Menurut data Eurostat, 48,92% masyarakat Jerman memiliki keterampilan digital dasar yang berada di bawah rata-rata Uni Eropa sebesar 53,92%.
Orang-orang juga ragu untuk mengandalkan robot. Misalnya, 70% dari 1.000 orang Jerman yang disurvei oleh Gallup mengatakan bahwa mereka tidak akan merasa aman mengemudikan mobil tanpa pengemudi manusia. Perusahaan yang berharap untuk menerapkan teknologi baru juga memiliki banyak rintangan peraturan yang harus dilalui untuk menjamin keamanan pengguna. Hanya setelah tes tersebut lulus, digitalisasi dapat mulai menjadi bagian yang mulus dari hari kerja.