Presiden Konfederasi Serikat Pekerja (KSPI) Said Iqbal mengatakan, harga-harga yang serba naik di dalam negeri ini seluruhnya diatur oleh pemerintah. Mulai kenaikan harga BBM, beras, daging, hingga keperluan rumah tangga sehari-hari.
Dalam orasinya, Said Iqbal menyebutkan, ada yang berbeda dalam perayaan Mayday atau hari buruh tahun ini. Di mana perayaan hari buruh tahun ini dipenuhi politik karena menjelang pemilihan umum (Pemilu) pada tanggal 14 Februari 2024.
“Pemilu adalah kegiatan 5 tahunan, dilakukan secara konstitusional untuk menentukan masa depan kaum pekerja, buruh, petani, nelayan, dan lain sebagainya,” ujar Said Iqbal dalam acara Mayday Fiesta Hari Buruh Internasional di Istora Senayan, Jakarta, Senin (1/5/2023).
“Padahal barang-barang naik, harga beras naik, harga daging naik itu keputusan politik, tergantung parlemen DPR maupun DPRD, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang menentukan harga,” lanjutnya.
Selain itu, Said Iqbal juga melantangkan, telah 3 tahun berturut-turut upah buruh tidak ada kenaikan. Keputusan politik juga dituding menjadi penyebab hal tersebut.
“Upah buruh yang 3 tahun berturut-turut karena ada omnibus law tidak ada kenaikan, juga karena keputusan politik yang diputuskan oleh gubernur, bupati, dan walikota,” tutur dia.
“Ongkos BBM, gas rumah tangga itu juga ditentukan oleh keputusan politik yang ditentukan oleh pemerintah dan parlemen, baik DPR pusat maupun DPRD. Sadarkah kamu nasibmu ditentukan oleh keputusan pemerintah? Keputusan politik,” tambahnya.
Selanjutnya, Said Iqbal juga menyuarakan suara buruh terkait outsourcing, “Negara telah melegalkan outsourcing, padahal outsourcing adalah perbudakan jaman modern. Semua adalah keputusan politik.”
“Ada gak satu partai politik ketika bulan November – Desember, pada saat kenaikan upah minimum ada nggak satu partai politik yang belain buruh? Padahal upah adalah darah daging kaum buruh, kaum petani, kaum marginal.”
“Ada gak partai politik ketika perusahaan kamu tutup, kamu di PHK, kamu gak dapat pesangon ada gak partai politik yang belain kamu? Ada engga?,” ujar Said Iqbal.
Para buruh pun menjawab dengan serentak, “Enggaaaa.”
“Ketika tanah petani dirampas, padahal petani tersebut telah bertahun-tahun, turun-temurun menggarap tanahnya. Ketika tanah petani dirampas oleh korporasi jahat, pengusaha jahat.. ada gak partai politik yang belain petani?,” ujar Said Iqbal kembali.
“Enggaaa,” jawab buruh lagi.
“Hari ini, to be or not to be, now or never,” pungkas Said Iqbal.